Di kawasan Geopark Kladera Toba terdapat 4 kelompok etnis, yaitu Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Pakpak. Ke-empat etnis ini memiliki kemiripan dalam ekspresi budaya meskipun terdapat variasi-variasi yang lebih spesifik, misalnya dalam bentuk arsitektur, tekstil dan kemiripan dalam system kekerabatan yang disebut dengan marga (clan system). Keunikan dari suku Batak ini diuraikan sebagai berikut:
Suku Batak Sangat Memuliakan Leluhurnya
Dulunya, kebiasaan ini oleh masyarakat Batak khususnya Batak Toba memasak di atas tiga tumpukan batu, dengan bahan bakar kayu. Tiga tungku jika diterjemahkan langsung dalam bahasa Batak Toba disebut juga dalihan natolu. Namun sebutan dalihan natolu paopat sihalsihal adalah falsafah yang dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak. Dan ini dituangkan dalam umpasa batak:
“Somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru. Angka na so somba marhula-hula siraraonma gadongna, molo so Manat mardongan tubu, natajom ma adopanna, jala molo so elek marboru, andurabionma tarusanna.”
Menghargai Setiap Moment Peristiwa Penting dalam Kehidupannya dengan Ulos
Mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap upacara adat baik didalam upacara adat Perkawinan, upacara adat Kematian, Tujuh Bulanan, Memasuki Rumah Baru. Jenis-jenis Ulos yang paling sering digunakan dalam setiap upacara adat seperti dalam (a) upacara Pernikahan adalah sebagai berikut: Panssamot, Ulos Holong, Ulos Sadum, (b) Ulos dalam upacara Kematian yaitu : Ulos Saput dan Ulos Tujung, Ulos Ragihotang, Ulos Sampetua dan Ulos Holong (c) Ulos yang digunakan dalam upacara Memasuki Rumah Baru yaitu: Ulos Sampetua (d) Ulos yang digunakan dalam upacara adat Tujuh Bulanan yaitu Ulos Bintang Maratur dan Ulos Mulagabe.
Memiliki Budaya Partuturan yang Sangat Unik
Budaya Partuturan adalah panggilan atau sapaan terhadap keluarga dengan berbagai hubungan keluarga, terdapat setidaknya 36 panggilan, antar lain- Ale-ale = teman akrab, bisa saja berbeda marga
- Amang Naposo = anak (lk) abang/adik dari hula-hula kita
- Amang/ damang/ damang parsinuan =ayah, bapak, sapaan umum menghormati kaumlaki-laki
- Amangbao = suami dari adik/ kakak (pr) (eda) suami kita
- Amangboru = suami kakak atau adik perempuan dari ayah
- Amangtua mangulaki = kakek ayah
- Amangtua = abang dari ayah, suami dari kakak ibu, suami dari pariban ayah yang lebih tua
- Amanguda = adik laki-laki dari ayah, suami dari adik ibu, suami dari pariban ayah yang lebih muda
- Amanta/ amanta raja = kaum laki-laki yang biasa dipanggil pada sebuah acara adat
- Ampara = sapaan umum buat yang se-marga, marhaha-maranggi (abang-adik) untuk yang laki-laki
- Anakboru = perempuan yang masih gadis atau belum menikah
- Anggi doli = suami dari anggiboru. Adik (lk) sudah kawin.
- Anggi = adik kita (lk), adik (pr) boru tulang
- 1Anggiboru = isteri adik kita yang laki-laki, istri dari adik yang satu marga
- Angkang boru = isteri abang satu marga
Memiliki Tarombo (Pohon Keluarga yang Sangat Besar)
Mengangkat Derajat Keturunan dengan Prinsip: Hamoraon Hagabeon Hasangapon
Filsafah Hidup Masyarakat Batak: Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon. Di setiap lingkaran sebuah masyarakat pasti akan ada budaya yang mengalir yang menjadi identitas dari masyarakat itu sendiri. Seperti contohnya dalam lingkar kehidupan masyarakat Batak yang terkenal dengan 3 filsafahnya yang sering disingkat menjadi 3H, yaitu Hamoraon yang berarti memiliki kekayaan atau memiliki banyak harta. Hasangapon yang didefinisikan memiliki kehormatan atau kemuliaan bisa diartikan juga memiliki status sosial yang tinggi dan terakhir adalah Hagabeon yang bisa diartikan memiliki keturunan atau beranak cucu.- Hamoraon
- Hagabeon
- Hasangapon
Hamoraon berasal dari kata mora, yang artinya kaya. Secara harafiah, hamoraon artinya adalah kekayaan.
Hagabeon berasal dari kata gabe, yang artinya mempunyai banyak keturunan (mempunyai anak laki-laki dan perempuan). Secara harafiah, hagabeon artinya adalah banyak turunan.
Hasangapaonberasal dari kata sangap, yang artinya terhormat, mulia. Secara harafiah, hasangapaon artinya adalah kemuliaan.
Mencintai Pendidikan (Anakhonki Do hamoraon Do au)
Filosofi orang Batak dalam bidang pendidikan adalah bahwa halak kita menganggap pendidikan adalah jalur mencapai kemajuan. Artinya, tidak ada perbedaan sikap di antara golongan pendidikan dalam usaha menyekolahkan anak. Baik orangtua yang tidak berpendidikan maupun yang berpendidikan sama-sama berkeinginan keras menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang lebih tinggi, sesuai kemampuan.Dengan demikian, semua golongan orang Batak memandang bahwa demi kemajuan, maka anak-anaknya harus memperoleh pendidikan setinggi-tingginya.
Memiliki Aksara batak
Tradisi tulis Batak terkenal di antara sepuluh tradisi tulis lain karena telah menghasilkan buku-buku yang sangat menakjubkan, terbuat dari kulit kayu yang berlipat-lipat, berisi aksara yang khas dan gambar magis yang misterius. Tradisi ini sudah hampir punah. Buku kulir kayu (pustaha), juga bambu dan tulang beraksara, kini menjadi barang perpustakaan museum, dan kebanyakan berada di luar negeri.
Uli Kozok, warganegara Jerman yang belasan tahun mempelajari kebudayaan Batak dan meneliti ratusan naskah, dalam buku ini menguraikan segala sesuatu yang bertalian dengan aksara Batak: dari teknik pembuatan pustaha sampai sejarah perkembangan bentuk aksara, jenis aksara yang pernah beredar di Sumatra Utara, bentuk aksara cetak yang dipakai selama satu setengah abad sampai sekarang, hingga bentuk aksara komputer yang kini tersedia.