Keanekaragaman budaya (Cultural Diversity) adalah hasil karya seni dan budaya dari masyarakat sekitar yang merupakan hasil interaksi manusia dengan alam sekitarnya. Jadi pengertian Cultural Diversitydisini adalah bagaimana pemahaman masyarakat lokal (sekitar situs geologi) dalam menyikapi kondisi alam yang ada. Hal ini menjadi menarik untuk diangkat dalam upaya konservasi geologi.


Cultural Heritage Toba Caldera

Di kawasan Toba Caldera UNESCO Global Geopark terdapat 4 kelompok etnis, yaitu Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Pakpak. Ke-empat etnis ini memiliki kemiripan dalam ekspresi budaya meskipun terdapat variasi-variasi yang lebih spesifik, misalnya dalam bentuk arsitektur, tekstil dan kemiripan dalam system kekerabatan yang disebut dengan marga (clan system), Dalihan Natolu (Batak Toba), Tolu Sahundulan (Simalungun), Daliken Sitelu (Karo), Sulang Silima (Pakpak) yang menjelaskan pilar hubungan/relasi sosial penting yang ada di dalam masyarakat yang ada.

Situs-situs warisan budaya dan sejarah yang terdapat pada ke-empat masyarakat etnis di wilayah Geopark Kaldera Toba adalah:

  1. Istana dan Makam Raja Sisingamaraja
  2. Museum Huta Bolon Simanindo
  3. Rumah Bolon Pematang Purba
  4. Desa Tradisional Dokan
  5. Taman Wisata Iman Sidikalang
  6. Kampung Tenun Sigaol
  7. Museum Pusaka Batak Toba Pangururan
  8. Museum TB. Silalahi Centre
  9. Museum Lingga Karo
  10. Pesanggrahan Soekarno Parapat
  11. Desa Tradisional Bakkara-Tipang
  12. Kampung Tenun Parbaba
  13. Desa Tradisional dan Batu Parsidangan Siallagan
  14. Makam Raja Batak Sidabutar Samosir
  15. Batu Hobon Pusuk Buhit
  16. Batu Parorot Dairi
  17. Batu Siungkap-ungkapon
  18. Batu Sigadap dan Batu Sijonjong

Tarombo Batak

Tarombo Batak adalah silsilah garis keturunan secara patrilineal dalam suku Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar mengetahui letak hubungan kekerabatan terkhusus dalam falsafah Dalihan Natolu. Tarombo si Raja Batak (silsilah garis keturunan suku bangsa Batak) dimulai dari seorang individu bernama Raja Batak. Si Raja Batak berdiam di lereng Pusuk Buhit, Sianjur Mulamula, namanya. Sehingga wilayah/lereng Pusuk Buhit dapat dikatakan sebagai daerah asal-muasal suku bangsa Batak. yang kemudian menyebar ke berbagai pelosok, baik Indonesia maupun dunia. Menurut tarombo batak, Si Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putra, yaitu : Tatea Bulan dan Raja Isumbaon. Tatea Bulan mempunyai 5 (lima) orang putra, yaitu : Raja Biakbiak (Raja Uti), Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja, Silau Raja.



Bahasa Batak Toba

Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang terutama dipertuturkan di daerah sekitar Danau Toba dan sekitarnya, meliputi Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara dan Toba Samosir, Sumatera Utara, Indonesia. Bahasa Batak Toba termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan merupakan bagian dari kelompok bahasa-bahasa Batak.

Saat ini diperkirakan terdapat kurang-lebih 2.000.000 orang penutur Bahasa Batak Toba, yang tinggal di bagian barat dan selatan Danau Toba. Penulisan bahasa ini dalam sejarahnya pernah menggunakan aksara Batak, namun saat ini para penuturnya hampir selalu menggunakan aksara Latin untuk menuliskannya.


Aksara Batak

Surat Batak adalah sebuah jenis aksara yang disebut abugida, jadi merupakan sebuah perpaduan antara alfabet dan aksara suku kata. Setiap karakter telah mengandung sekaligus konsonan dan vokal dasar. Vokal dasar ini adalah bunyi [a]. Namun dengan tanda diakritis atau apa yang disebut anak ni surat dalam bahasa Batak, maka vokal ini bisa diubah-ubah. Huruf vokal dan konsonan dalam aksara Batak diurut menurut tradisi mereka sendiri, yaitu: a, ha, ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, nya, ca, nda, mba, i, u. Aksara Batak biasanya ditulis pada bambu/kayu. Penulisan dimulai dari atas ke bawah, dan baris dilanjutkan dari kiri ke kanan. Jenis aksara dan penyebaran, setiap bahasa Batak memiliki varian Surat Batak sendiri-sendiri. Namun varian-varian ini tidaklah terlalu berbeda satu sama lain. Surat Batak zaman dahulu kala digunakan untuk menulis naskah-naskah Batak yang di antaranya termasuk buku dari kulit kayu yang dilipat seperti akordeon. Dalam bahasa Batak buku tersebut dinamakan pustaha atau pustaka. Pustaha-pustaha ini yang ditulis oleh seorang "guru" atau datu (dukun) berisikan penanggalan dan ilmu nujum.


Umpasa

Umpasa (puisi jenis pantun dalam kesusastraan suku Batak Toba) ini adalah karya sastra dalam bentuk syair/puisi yang berisi pernyataan restu, nasehat dan doa bagi orang yang mendengarnya. Umpasa adat batak toba diperdengarkan dalam upacara adat dan ditujukan kepada muda-mudi, pasangan pengantin, upacara menyambut tamu atau berbagai acara lainnya, serta Kadang kala umpasa ini juga diperdengarkan dalam kehidupan sehari-hari.


Umpama

Umpama adalah peribahasa atau pepatah dalam kesusasteraan Batak Toba. Umpama dibuat untuk mengungkapkan sesuatu hal dalam bentuk kata yang lain, atau untuk menghaluskan seperti penggunaan perumpamaan pada bahasa Indonesia, di samping itu umpama bisa digunakan untuk memberi semangat dan nasihat kepada kita.


Dalihan Na Tolu

adalah filosofis atau wawasan sosial-kultural yang menyangkut masyarakat dan budaya Batak. Dalihan Natolu menjadi kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok. Dalam adat batak, Dalihan Natolu ditentukan dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama. Ketiga tungku tersebut adalah:

  • Pertama, Somba Marhulahula/semba/hormat kepada keluarga pihak Istri.
  • Kedua, Elek Marboru (sikap membujuk/mengayomi wanita)
  • Ketiga, Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati kepada teman semarga)

Dalihan Natolu menjadi kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok. Dalam adat batak, Dalihan Natolu ditentukan dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama, ketiga hal tersebut:

Somba Marhulahula

Ada yang menafsirkan pemahaman ini menjadi “menyembah hul-hula, namun ini tidak tepat. Memang benar kata Somba, yang tekananya pada somba berarti menyembah, akan tetapi kata Somba di sini tekananya ba yang adalah kata sifat dan berarti hormat. Sehingga Somba marhula-hula berarti hormat kepada Hula-hula. Hula-hula adalah kelompok marga istri, mulai dari istri kita, kelompok marga ibu(istri bapak), kelompok marga istri opung, dan beberapa generasi; kelompok marga istri anak, kelompok marga istri cucu, kelompok marga istri saudara dan seterusnya dari kelompok dongan tubu. Hula-hula ditengarai sebagai sumber berkat. Hulahula sebagai sumber hagabeon/keturunan. Keturunan diperoleh dari seorang istri yang berasal dari hulahula. Tanpa hulahula tidak ada istri, tanpa istri tidak ada keturunan.

Elek Marboru/lemah lembut tehadap boru/perempuan

Berarti rasa sayang yang tidak disertai maksud tersembunyi dan pamrih. Boru adalah anak perempuan kita, atau kelompok marga yang mengambil istri dari anak kita(anak perempuan kita). Sikap lemah lembut terhadap boru perlu, karena dulu borulah yang dapat diharapkan membantu mengerjakan sawah di ladang tanpa boru, mengadakan pesta suatu hal yang tidak mungkin dilakukan.

Manat mardongan tubu/sabutuha

Suatu sikap berhati-hati terhadap sesama marga untuk mencegah salah paham dalam pelaksanaan acara adat. Hati–hati dengan teman semarga. Kata orang tua-tua “hau na jonok do na boi marsiogoson” yang berarti kayu yang dekatlah yang dapat bergesekan. Ini menggambarkan bahwa begitu dekat dan seringnya hubungan terjadi, hingga dimungkinkan terjadi konflik, konflik kepentingan, kedudukan, dan lain-lain. Inti ajaran Dalihan Natolu adalah kaidah moral berisi ajaran saling menghormati (masipasangapon) dengan dukungan kaidah moral: saling menghargai dan menolong. Dalihan Natolu menjadi media yang memuat asas hukum yang objektif.


Ulos

Adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera utara. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin.

Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden. Ulos juga kadang-kadang diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan. Sebagian besar ulos telah punah karena tidak diproduksi lagi, seperti Ulos Raja, Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai pembungkus jenazah), dan Ulos Sibolang.


Alat Musik Tradisional

Uning-ningan adalah sebutan "Alat-alat musik tradisional" Batak Toba. Secara umum, sama halnya dengan alat-alat musik bahwa uninguningan terdiri tiga bagian:

  1. Alat musik tiup, seperti: talatoit (tulila atau salohat), sulim, sarune, sordam
  2. Alat musik dawai (senar), seperti: tanggetang, hasapi, mengmung
  3. Alat musik Pukul, seperti: gordang, odap, hesek, taganing, ogung, garantung, jenggong, sagasaga

Makanan Khas Toba

Saksang

Saksang adalah masakan khas Batak yang terbuat dari daging babi, daging anjing, atau kerbau yang dicincang dan dibumbui dengan rempah-rempah dan santan, serta dimasak baik dengan menggunakan darah hasil sembelihan hewan tersebut (margota) ataupun olahan rempah biasa tanpa darah (na so margota). Rempah yang termasuk dalam bumbu saksang antara lain; jeruk purut dan daun salam, ketumbar, bawang merah, bawang putih, cabai, merica, serai, jahe, lengkuas, kunyit dan andaliman.

Meskipun hidangan saksang dikenal secara meluas oleh berbagai puak atau sub-suku Batak, saksang sering dikaitkan secara spesifik sebagai hidangan tradisional Batak Toba. Saksang merupakan hidangan penting yang wajib dihidangkan dalam upacara adat Batak, terutama dalam pesta pernikahan adat. Saksang, bersama dengan panggang, arsik dan daun ubi tumbuk, adalah hidangan yang populer dalam khazanah masakan Batak, dan lazim disajikan di Lapo, yaitu kedai makan dan minum tradisional Batak.

Karena mengandung daging babi atau daging anjing, serta darah, maka hidangan ini dianggap tidak halal dalam ajaran Islam. Biasanya dalam pesta pernikahan adat Batak, tamu undangan yang Muslim dipisahkan sajian hidangan dan bufet prasmanannya dari hidangan tradisional ini.

Arsik

Adalah salah satu masakan khas kawasan Tapanuli yang populer. Masakan ini dikenal pula sebagai ikan mas bumbu kuning. Ikan mas adalah bahan utama, yang dalam penyiapannya tidak dibuang sisiknya. Bumbu arsik sangat khas, mengandung beberapa komponen yang khas dari wilayah pegunungan Sumatera Utara, seperti andaliman danasam cikala (buah kecombrang), selain bumbu khas Nusantara yang umum, seperti lengkuas dan serai. Bumbu-bumbu yang dihaluskan dilumuri pada tubuh ikan beberapa saat. Ikan kemudian dimasak dengan sedikit minyak dan api kecil hingga agak mengering. Bahan Utama selain ikan mas, ikan laut seperti kembung dan kakap, dan daging juga dapat dijadikan bahan arsik. Secara umum bahan daging yang banyak digunakan adalah daging babi.

Manuk Napinadar atau Ayam Napinadar

Adalah masakan khas Batak yang biasanya dihidangkan pada pesta adat tertentu. Untuk mengerjakan resep yang satu ini agak sedikit rumit, butuh waktu dan kesabaran. Pastinya inti dari masakan ini adalah di saos darah ayam itu sendiri. Masak Ayam Napinadar ini, ayamnya harus dipanggang terlebih dahulu, setelah itu lalu disiram dengan saos spesial yakni darah ayam (manuk) itu sendiri, dan dicampur dengan andaliman, bawang putih bubuk (yang sudah digiling sampai halus) lalu dimasak. Sama seperti kita menuangkan saos ke atas ayam yang sudah dipanggang.


Filsafah Hidup Masyarakat Batak

Filsafah Hidup Masyarakat Batak: Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon. Di setiap lingkaran sebuah masyarakat pasti akan ada budaya yang mengalir yang menjadi identitas dari masyarakat itu sendiri. Seperti contohnya dalam lingkar kehidupan masyarakat Batak yang terkenal dengan 3 filsafahnya yang sering disingkat menjadi 3H, yaitu Hamoraon yang berarti memiliki kekayaan atau memiliki banyak harta. Hasangapon yang didefinisikan memiliki kehormatan atau kemuliaan bisa diartikan juga memiliki status sosial yang tinggi dan terakhir adalah Hagabeon yang bisa diartikan memiliki keturunan atau beranak cucu. Tiga nilai luhur yang seyogyanya dijiwai dalam setiap aktivitas masyarakat Batak Toba baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pertemuan keluarga dan acara adat.

Hamoraon

Hamoraon berasal dari kata mora, yang artinya kaya. Secara harafiah, hamoraon artinya adalah kekayaan.

Hagabeon

Hagabeon berasal dari kata gabe, yang artinya mempunyai banyak keturunan (mempunyai anak laki-laki dan perempuan). Secara harafiah, hagabeon artinya adalah banyak turunan.

Hasangapon

Hasangapaon berasal dari kata sangap, yang artinya terhormat, mulia. Secara harafiah, hasangapaon artinya adalah kemuliaan.

Filosofi orang Batak dalam bidang pendidikan adalah bahwa halak kita menganggap pendidikan adalah jalur mencapai kemajuan. Artinya, tidak ada perbedaan sikap di antara golongan pendidikan dalam usaha menyekolahkan anak. Baik orangtua yang tidak berpendidikan maupun yang berpendidikan sama-sama berkeinginan keras menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang lebih tinggi, sesuai kemampuan. Dengan demikian, semua golongan orang Batak memandang bahwa demi kemajuan, maka anak-anaknya harus memperoleh pendidikan setinggi-tingginya.